Senin, 25 Oktober 2010

Vaksinasi, Tameng Kesehatan Untuk Kaum Hawa

Ilustrasi (doc)
SIAPA bilang imunisasi dan vaksinasi hanya buat balita saja? Orang dewasa masih perlu divaksin untuk mencegah penyakit tertentu dan meningkatkan kekebalan tubuhnya.

Untuk Anda yang ingin mengetahui beberapa jenis vaksinasi yang wajib didapatkan oleh orang telah aktif secara seksual, khususnya perempuan dewasa dalam kurun waktu sebelum menikah, hingga setelah memiliki anak, inilah pemaparannya:

* Vaksinasi HPV

Human Papilloma Virus (HPV) adalah virus yang menyebar karena hubungan seksual. Beberapa tipe HPV dapat menyebabkan kanker rahim. Namun pada sebagian besar wanita, infeksi karena HPV tidak berlangsung lama dan tidak semuanya menyebabkan kanker.

Menurut dokter spesialis kandungan dan kebidanan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dr Andon Hestiantoro, SpOG(K), Human Papilloma Virus terdiri hampir 40 tipe, lebih kurang 15 tipe berhubungan dengan kanker leher rahim dan kanker di sekitar anus, vulva, dan vagina.

"Infeksi HPV merupakan infeksi yang dapat ditularkan secara seksual, dan banyak terjadi di kalangan remaja serta wanita muda, yang baru mengenal kehidupan seks," ucapnya.

Di negara berkembang, termasuk Indonesia, angka infeksi HPV sebenarnya kabur dan kekurangan data. Padahal lanjutnya, mungkin saja infeksi HPV sudah sangat meluas dari yang dibayangkan.

"Kebanyakan infeksi ini tidak menunjukan gejala klinis alias asimptomatis dan dapat sembuh tanpa gejala sisa, dalam 1-2 tahun," beber Andon.

Lebih lanjut, infeksi yang menetap oleh HPV tipe risiko tinggi sebagian besar akan menyebabkan kondisi prekanker dan kanker, sedangkan HPV tipe risiko rendah akan menyebabkan penyakit kondiloma/jengger atau anogenital wart.

"Selain pap smear, salah satu benteng pertahanan dari infeksi HPV adalah melakukan imunisasi HPV vaksin. Vaksin ini dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi HPV," sebut Andon.

Ia menambahkan bahwa vaksinasi HPV secara rutin dapat dilakukan wanita usia 11–12 tahun, atau sebelum wanita tersebut menjalani aktivitas seksual aktif. "Pada wanita usia dewasa dan sudah melakukan aktivitas seksual aktif dapat juga diberikan imunisasi HPV dan terbukti efektif mencegah infeksi HPV," bebernya.

Tip Seputar Vaksinasi HPV

1. Bagi anak perempuan usia 11-12 tahun sebaiknya imunisasi HPV dilakukan secara rutin 3 dosis dengan rentan waktu 0, 2, dan 6 bulan, melalui suntikan otot lengan. Imunisasi dapat diberikan pada anak perempuan usia 9 tahun atas petunjuk dokter.

2. Bagi perempuan remaja usia > 13 tahun dapat diberikan imunisasi HPV bila mereka belum mendapatkan sebelumnya, atau bila imunisasi yang didapat tidak lengkap.

3. Minimun interval waktu antara suntikan pertama dan kedua adalah 4 minggu, sedangkan interval waktu antara suntikan kedua dan ketiga adalah 12 minggu.

4. Vaksin HPV dapat diberikan pada wanita menyusui, dalam pengobatan medis tertentu, dan keradangan leher rahim.

5. Imunisasi HPV TIDAK direkomendasikan pada ibu hamil. Jika terlanjur diberikan, dosis berikutnya harus ditunda hingga melahirkan.

6. Imunisasi HPV yang ada saat ini tidak melindungi seluruh tipe infeksi HPV, sehingga pap smear masih harus dilakukan walaupun telah mendapatkan imunisasi HPV dosis penuh.

* Vaksinasi MMR (Measles, Mumps, Rubella)

Measles (campak), Mumps (gondongan) dan Rubella (campak jerman) adalah penyakit yang serius. Virus Measles menyebabkan ruam, batuk, pilek, iritasi mata, dan demam

Komplikasinya mulai dari infeksi telinga, pneumonia, kejang, kerusakan otak sampai kematian.

Sedangkan virus Mumps, menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan kelenjar parotis. Komplikasinya mulai dari ketulian, meningitis (radang selaput otak), pembengkakan testis dan ovarium hingga kematian. Sedangkan virus Rubella, dapat menyebabkan ruam, demam ringan dan radang sendi (terutama pada wanita).

Jika seorang wanita mendapat infeksi rubella saat sedang hamil, maka dia bisa mengalami keguguran atau bayinya dapat menderita kelainan bawaan berat. Penyakit ini menular melalui udara dan vaksin MMR bisa mencegahnya.

Biasanya anak-anak akan mendapat dua dosis vaksin MMR. Dosis pertama antara usia 12-15 bulan, untuk dosis kedua dianjurkan antara usia 4-6 tahun. Sedangkan orang dewasa termasuk wanita dewasa pun harus memeroleh vaksin MMR, paling tidak satu dosis vaksin MMR.

"Seperti halnya obat, vaksin juga memiliki risiko untuk menyebabkan reaksi alergi berat. Akan tetapi risiko vaksin MMR menyebabkan masalah serius atau kematian sangatlah kecil. Vaksin MMR jauh lebih aman dibandingkan ketiga penyakit tersebut. Sebagian besar orang yang mendapat vaksinasi MMR tidak mengalami masalah," terang DR Dr Aru Sudoyo, SpPD, KHOM, FACP, dari Rumah Sakit Medistra, Jakarta Selatan.

"Namun jika muncul kondisi yang tidak biasa, seperti demam tinggi, kelemahan atau perubahan perilaku disertai tanda-tanda reaksi alergi berat seperti kesulitan bernapas, suara napas kasar, urtikaria (biduran), pucat, lemah, denyut jantung yang cepat serta pusing, segera hubungi dokter atau segera bawa orang tersebut ke dokter. Jangan lupa untuk menyebutkan tanggal vaksinasi diberikan, kemudian isi laporan VAERS (laporan efek samping vaksin)," jelas Aru.

Persyaratan untuk Vaksinasi MMR

- Individu pernah mengalami reaksi alergi yang mengancam jiwa terhadap gelatin, antibiotik neomisin atau terhadap dosis pertama MMR.

- Individu yang sakit berat sebaiknya menunda vaksin sampai kondisinya membaik.

- Wanita hamil harus menunda vaksin hingga bayinya lahir, wanita tidak boleh hamil paling tidak 4 minggu setelah mendapat vaksin MMR.

- Sebaiknya berkonsultasi dulu dengan dokter jika ada kondisi berikut: HIV/AIDS, atau penyakit lain yang menurunkan sistem kekebalan tubuh, sedang minum steroid selama 2 minggu atau lebih, menderita keganasan, sedang kemoterapi atau radioterapi untuk kanker atau gangguan pembekuan darah.

- Orang yang baru saja mendapat transfusi darah harus berkonsultasi dengan dokter kapan waktu yang tepat untuk vaksin MMR.

* Vaksinasi Influenza

Vaksinasi Influenza merupakan vaksinasi tahunan, karena itu harus diulang setiap tahun, mengikuti perubahan virus influenza yang berubah-ubah. Vaksinasi flu tahunan sebaiknya dimulai pada bulan September atau sesegera mungkin setelah vaksin tersedia dan dilanjutkan semasa musim influenza, yaitu di bulan Desember, Januari, dan sesudahnya.

Hal ini disebabkan waktu dan durasi musim influenza dapat bervariasi. Jika wabah influenza terjadi di bulan Oktober, sebagian besar aktivitas penyakit ini akan mencapai puncaknya di bulan Januari atau sesudahnya.

Individu yang sebaiknya mendapatkan vaksinasi flu setiap tahun antara lain anak-anak berusia 6 bulan-19 tahun, wanita hamil, usia 50 tahun atau lebih, individu dengan usia berapapun dengan kondisi medis kronis, individu yang hidup di panti jompo atau fasilitas perawatan jangka lama lain, serta individu yang hidup dengan atau merawat orang yang berisiko tinggi mengalami komplikasi flu, termasuk: pekerja kesehatan, individu yang tinggal serumah dengan seseorang yang beresiko tinggi menderita komplikasi flu.

"Namun ada pula beberapa orang yang sebaiknya tidak diberikan vaksin influenza kecuali konsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Termasuk orang yang alergi berat terhadap telur ayam, orang yang pernah mengalami reaksi alergi berat terhadap vaksin influenza, orang yang menderita penyakit Guillain-Barre syndrome (GBS) enam minggu sebelum mendapatkan vaksinasi influenza, serta orang yang menderita penyakit sedang sampai berat dengan gejala penyerta berupa demam, hingga pulih baru boleh divaksinasi!," imbuh Aru.

Jenis Vaksin Influenza

1. Flu Shot Vaccine (Injeksi)

Injeksi flu ini mengandung vaksin yang berasal dari virus mati. Injeksi biasa diberikan pada lengan, injeksi tidak akan menyebabkan sakit flu tapi membuat tubuh mengembangkan antibodi yang dibutuhkan untuk mencegah virus influenza. Anda mungkin mendapat reaksi ringan akibat injeksi seperti rasa sakit pada tempat suntikan, nyeri otot ringan atau demam.

2. The Nasal-Spray Flu Vaccine (Semprot Hidung)

Diberikan melalui hidung, vaksin semprot hidung mengandung dosis kecil virus flu hidup yang telah dilemahkan. Vaksin tidak menyebabkan flu tetapi mendorong respon kekebalan dalam hidung dan saluran napas bagian atas kemudian di seluruh tubuh.

* Vaksinasi Hepatitis A

Penyakit Hepatitis A disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh kotoran atau tinja penderita biasanya melalui makanan (fecal-oral), bukan melalui aktivitas seksual atau melalui darah.

Hepatitis A paling ringan dibanding hepatitis jenis lain (B dan C). Sementara hepatitis B dan C disebarkan melalui media darah dan aktivitas seksual serta lebih berbahaya dibanding Hepatitis A.

Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan perorangan seperti mencuci tangan dengan teliti, utamanya bagi orang yang dekat dengan penderita.

"Imunisasi hepatitis A bisa dilakukan dalam bentuk sendiri (Havrix) atau bentuk kombinasi dengan vaksin hepatitis B (Twinrix). Imunisasi hepatitis A dilakukan dua kali, yaitu vaksinasi dasar dan booster yang dilakukan 6-12 bulan kemudian, sementara imunisasi hepatitis B dilakukan tiga kali, yaitu dasar, satu bulan dan 6 bulan kemudian. Imunisasi hepatitis A dianjurkan bagi orang yang potensial terinfeksi seperti penghuni asrama dan mereka yang sering jajan di luar rumah," ujar Aru.

* Vaksinasi Hepatitis B

Vaksin ini bertujuan mencegah penularan hepatitis B, penyakit yang menyerang hati dan bisa mengakibatkan penyakit kuning dan kanker hati. Semua orang khususnya yang telah aktif secara seksual perlu mendapatkan vaksin ini.

Banyak yang tak menyadari sebenarnya penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual, atau dari jarum suntik dan penularan dari ibu kepada bayi yang dikandung.

"Satu syarat utama sebelum melakukan vaksinasi hepatitis B adalah melakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui positif atau tidaknya kita menderita hepatitis B. Kalau kita sudah positif menderita hepatitis B, ya buat apa divaksinasi lagi?," ujarnya.

Sekadar info, test pack untuk pemeriksaan hepatitis B mirip dengan test pack kehamilan. Bedanya, jika tes hamil menggunakan urin, maka tes hepatitis menggunakan darah yang diambil dari ujung jari tengah. Jika darah pada test pack membentuk dua garis, berarti positif terkena hepatitis B.

"Vaksinasi hepatitis B dilakukan dengan 3 kali penyutikan. Antara penyuntikan pertama dan kedua dibutuhkan selang waktu satu bulan. Untuk penyuntikan ketiga, dilakukan enam bulan kemudian dan vaksin ketiga ini berfungsi sebagai booster sehingga akan dilakukan pemeriksaan terlebih dulu apakah titer hasil penyuntikan sebelumnya masih tinggi atau tidak," katanya.

* Vaksinasi Varicella

Varicella, atau yang dikenal sebagai Chicken pox atau cacar air dapat diberikan pada perempuan kurang dari usia 14 tahun yang belum pernah terkena cacar air.

"Namun sebelum dilakukan vaksinasi sebaiknya terlebih dulu dilakukan cek darah untuk memastikan kekebalan. Karena individu yang hingga dewasa tidak kunjung terinfeksi cacar air sebenarnya kebal terhadap virus tersebut," imbuh Aru.

* Vaksinasi Tetanus, diphtheria, dan acellular pertussis (Td/Tdap)

Pada tahun 2005, tetanus toksoid pertusis-diphtheria-acellular (TDaP) diperkenalkan untuk usia kurang dari 7 tahun.

"Booster TDaP adalah vaksin untuk mencegah tetanus, difteri, dan batuk pertussis, tiga penyakit yang bisa membuat kita musti dirawat intensif di rumah sakit bahkan bisa menimbulkan kematian. Vaksin ini disuntikkan di daerah otot, individu dewasa usia 19-64 tahun sebaiknya mendapatkan vaksin ini. Pastikan Anda dalam range usia tersebut mendapatkan vaksin TDaP bukan hanya Td!," ungkap Aru.

Jika seseorang belum pernah mendapatkan vaksin tetanus dan difteri sebelumnya, orang tersebut harus mendapat vaksinasi lengkap tiga dosis seri primer dari difteri dan toksoid tetanus (Td), dengan dua dosis awal diberikan paling tidak dengan jarak empat pekan dan dosis ketiga diberikan 6-12 bulan setelah dosis kedua.

"Satu dosis Td dapat diganti dengan TDaP pada salah satu dari 3 dosis seri primer. Setelah itu dapat dilanjutkan dengan dosis penguat (booster) setiap 10 tahun sekali. Vaksin atau Td dapat diberikan pada dosis penguat (booster)," tutup Aru. (Okz/Yan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar