Sabtu, 18 Desember 2010

Bayi Naik Pesawat, Amankah?

BAGAIMANA posisi yang tepat saat bepergian membawa bayi naik pesawat? Apakah anak harus didudukkan di kursi terpisah atau cukup dengan hanya dipangku? Ada kalanya perjalanan jauh menggunakan pesawat terbang bersama bayi Anda tidak dapat dihindari.

Tapi tentu saja, perjalanan bersama bayi harus dilakukan dengan lebih hati-hati dan terencana dengan baik. Tentang usia bayi yang boleh untuk melakukan perjalanan, sangat relatif, tapi usia di bawah dua bulan mungkin sebaiknya dihindari jika tidak terlalu perlu.

Isu ini tengah hangat diperdebatkan pada forum nasional keselamatan penumpang anak-anak di pesawat terbang di Washington DC,Amerika Serikat,pada Kamis (9/12). Acara ini diselenggarakan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi Amerika Serikat (National Transportation Safety Board/NTSB), badan federal yang bertugas menyelidiki kecelakaan transportasi dan mempelajari bagaimana membuat perjalanan menjadi lebih aman.

NTSB telah berulang kali mendorong agar ditetapkannya aturan yang mewajibkan semua penumpang penerbangan, termasuk bayi, harus didudukkan di kursi yang terpisah. Namun, Badan Penerbangan Federal Amerika Serikat (Federal Aviation Administration/ FAA) masih memungkinkan bayi berusia dua tahun dan lebih muda dari itu untuk duduk di pangkuan orang dewasa saat di pesawat.

Pada forum itu, NTSB menyampaikan rekomendasi terbaru terkait keamanan anak di pesawat pada Agustus lalu kepada FAA. Laporan ini berdasarkan pengamatan saat pesawat mengalami kecelakaan, anak-anak yang duduk di pangkuan orang tuanya justru mengalami luka-luka atau bahkan meninggal.

Aturan anak boleh dipangku oleh FAA ternyata membahayakan dari segi posisi, membingungkan, dan menimbulkan keresahan banyak orang, ahli penerbangan, serta pekerja industri perjalanan.

“Orang dewasa keliru jika mereka berpikir bahwa mereka akan dapat memegang bayi dalam turbulensi yang sangat keras atau saat kecelakaan pesawat,” kata awak kabin dan seorang ibu, Sara Keagle, yang juga menulis blog dengan titel Flying Pinto.

“Saya telah menyaksikan sendiri (saat dipangku) anak akan terluka, termasuk gegar otak dan patah tulang, itu dalam perjalanan saya selama 18 tahun terbang,” ungkapnya seperti dilansir laman msnbc.com.

Mantan pramugari pesawat United Airlines penerbangan 232, Jan Brown, menceritakan pengalamannya saat mencoba pendaratan darurat di Sioux City, Iowa, Amerika Serikat, pada 1989.

Kecelakaan ini menewaskan 111 dari 296 penumpang, termasuk awak pesawat. Empat anak-anak dalam pesawat didekap orangtuanya dan satu anak akhirnya meninggal.

“Sebagai kepala pramugari, saya lantas memerintahkan penumpang untuk mengencangkan sabuk pengaman untuk menahan dampak guncangan dan menjelaskan strategi keluar pesawat melalui pintu darurat. Tetapi, saya tidak bisa berbuat apa-apa dengan bayi, selain meminta orangtuanya menempatkan mereka di lantai dan menahan sekuatnya, yang diterjang bantal dan selimut. Seorang pembawa hewan peliharaan bahkan lebih aman!,” kata Brown.

Ketua NTSB Deborah Hersman setuju soal ini. “Semua orang di pesawat, termasuk bagasi dan teko kopi, harus terkendali. Namun, anak-anak di bawah usia 2 tahun diabaikan. Ini menentang logika karena bayi saja dalam mobil yang berjalan pada 50 mph harus ditempatkan di tempat duduk khusus, tetapi tidak dalam perjalanan pesawat terbang yang kecepatannya lebih kencang, yaitu 250 mph,” tandasnya.

FAA sebenarnya setuju dengan rekomendasi NTSB bahwa setiap orang di pesawat harus memiliki tempat duduk sendiri.

Pada situs resminya, bagian laman pertama penjelasan FAA tentang keselamatan anak di pesawat dimulai dengan kalimat, “Apakah Anda tahu bahwa tempat paling aman untuk anak Anda selama turbulensi atau keadaan darurat adalah dalam suatu sistem pengendalian anak yang disetujui (child restraint system/CRS) atau sebuah alat, bukan di pangkuan Anda?”

Namun, juru bicara FAA Alison Duquette mengatakan, “pengalihan isu” ini akan tetap membuat badan tersebut membuat sebuah aturan terkait keamanan anakanak di pesawat.

“Dulu ada kursi kosong yang tersedia di pesawat dan maskapai penerbangan akan membiarkan Anda menggunakan kursi yang kosong tersebut untuk bayi Anda. Namun, kini semua kursi penuh dan Anda harus membeli tiket tambahan untuk menjamin dapat kursi,” ujar dia.

Duquette menuturkan, FAA percaya ketika orangtua diminta untuk membeli kursi tambahan untuk anak-anak mereka yang masih kecil akan menyebabkan beberapa keluarga memutuskan untuk bepergian lewat jalan darat, bukan pesawat terbang.

“Kami bagian dari Departemen Perhubungan. Jangan sampai kebijakan publik yang kami keluarkan malah menempatkan anak-anak pada risiko yang lebih besar. Bukannya terbang, yang sangat aman, mereka akan lewat darat yang jauh kurang aman,” katanya.

Menurut data dari National Highway Traffic Safety Administration, kecelakaan kendaraan bermotor merupakan penyebab utama kematian bagi anak-anak berusia 14 tahun dan yang lebih muda dari itu.

Pada 2009, 322 anak-anak usia empat tahun dan di bawahnya tewas dalam kecelakaan mobil. Lalu, sebenarnya perlukah bayi mendapatkan kursi tambahan di pesawat? Amber Johnson, editor blog soal pengasuhan orangtua Denver Post’s Mile High Mamas memahami logika FAA itu.

“Biayanya tinggi untuk terbang. Kebijakan FAA soal ini (kursi pesawat untuk bayi) akan menimbulkan reaksi dari orangtua. Karena keuntungan saat anak dipangku sebenarnya lebih banyak. Tetapi sekarang, anak-anak saya sudah lebih dari dua orang, kami sering memilih tidak menggunakan pesawat karena tidak mampu membeli tiket untuk sebuah keluarga dengan empat orang,” tuturnya.

Namun, Jennifer Miner dari websiteVacation Gals mendukung aturan yang mewajibkan tempat duduk untuk setiap penumpang, termasuk bayi dan anak-anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar