Rabu, 14 Desember 2011

Adab Seputar Tidur

Quantcast
Para pembaca yang budiman, sesungguhnya tidur menghabiskan sepertiga dari umur seseorang jika ia tidur dalam sehari semalam delapan jam. Jika dia mampu mengikuti tauladan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika tidur, maka sesungguhnya waktu yang panjang tersebut akan bernilai ibadah dan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan balasan yang baik atas amalannya. Seorang yang pandai adalah seorang yang mampu menjadikan kebiasaannya bernilai ibadah. Pada edisi kali ini akan dibahas tentang beberapa tauladan RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam tentang adab ketika hendak tidur. 1. Tidur di awal malam Di antara tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallamadalah tidur di awal malam, berdasarkan hadits dari sahabat Abu Barzahradhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: أَنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم كَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَ الْعِشَاءِ وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا. “Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat isya dan berbincang-bincang setelahnya (setelah shalat Isya’).” (HR. Al-Bukharidan Muslim) Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan, “Hal itu karena tidur sebelum shalat Isya` akan menyebabkan ia tertidur sampai keluar dari waktu shalat Isya`. Sedangkan begadang setelah shalat Isya’ dapat menyebabkan tertidur hingga tidak melaksanakan shalat Shubuh, terlambat dari waktu shalat yang afdhal (utama), atau tidak bisa melaksanakan dari shalat malam.” (Fathul Bari Syarh Shahih Al-Bukhari) Begadang di malam hari diperbolehkan jika ada maslahat (kebaikan/manfaat)-nya. Al-Imam Al-Bukhari meletakkan sebuah bab dalam kitab Shahih-nya dengan judul “Bab Begadang dalam rangka Menuntut Ilmu”. Al-Imam At-Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadits dari sahabat Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu: كَانَ رَسُولُ اللهِ  يَسْمُرُ مَعَ أَبِي بَكْرٍ فِي اْلأَمْرِ مِنْ أَمْرِ الْمُسْلِمِينَ، وَأَنَا مَعَهُمَا “Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam begadang bersama Abu Bakar membicarakan urusan kaum muslimin, dan aku bersama mereka.” (Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani) 2. Melakukan shalat witir sebelum tidur Dianjurkan bagi orang yang khawatir tidak bisa melaksanakan shalat witir sebelum subuh agar melaksanakanya sebelum tidur. Hal ini berdasarkan hadits dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu: أَوْصَانِي خَلِيلِي صلى الله عليه وسلم بِثَلاثٍ: بِصِيَامِ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْ الضُّحَى وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَرْقُدَ “Kekasihku (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) berwasiat kepadaku dengan tiga perkara: berpuasa tiga hari pada setiap bulan, dua rakaat shalat dhuha, dan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Muslim) 3. Mematikan api dan menutup pintu-pintu sebelum tidur Perkara yang penting untuk diperhatikan ketika hendak tidur adalah mematikan api yang ada di dalam rumah. Hal ini berdasarkan sebuah hadits dari sahabat Jabir radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda: أَطْفِئُوا المَصَابِيحَ إِذَا رَقَدْتُمْ وَغَلِّقُوا الأبْوَابَ وَأَوْكُوا الأسْقِيَةَ وَخَمِّرُوا الطَّعَامَ وَالشَّرَابَ “Matikanlah lentera-lentera jika kalian hendak tidur! Tutuplah pintu-pintu, bejana-bejana, makanan dan minuman!” (Muttafaqun ‘alaih) Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma juga meriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: لاَ تَتْرُكُوا النَّارَ فِي بُيُوتِكُمْ حِينَ تَنَامُونَ “Janganlah kalian membiarkan api menyala di rumah-rumah kalian ketika kalian tidur.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Di zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di Madinah terdapat sebuah rumah yang terbakar di malam hari, kemudian disampaikan kepada RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hal itu, maka beliau bersabda: إِنَّ هَذِهِ النَّارَ إِنَّمَا هِيَ عَدُوٌّ لَكُمْ فَإِذَا نِمْتُمْ فَأَطْفِئُوهَا عَنْكُمْ “Sesungguhnya api ini adalah musuh kalian. Maka jika kalian hendak tidur, matikanlah dia!” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Al-Imam Yahya bin Syarof An-Nawawi mengatakan, “Hal ini berlaku secara umum termasuk api lentera dan yang selainnya. Adapun lampu-lampu yang tergantung di masjid-masjid, jika dikhawatirkan terjadi kebakaran disebabkannya, maka termasuk yang diperintahkan untuk dimatikan. Jika dirasa aman darinya -dan ini adalah kebanyakannya-, maka hal ini tidak apa-apa karena sebabnya sudah hilang. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallammenyebutkan sebab dari perintah mematikan api, yaitu tikus-tikus itu dapat membakar rumah-rumah dengannya.” 4. Mencuci tangan dari kotoran Syariat yang mulia ini mengajarkan kepada kita agar menjaga kebersihan, termasuk berkaitan dengan pembahasan kita tentang adab tidur. RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita tidur sebelum mencuci kedua tangan yang kotor akibat makanan, sebagaimana sabdanya: مَنْ بَاتَ وَفِي يَدِهِ غَمَرٌ لَمْ يَغْسِلْهُ فَأَصَابَهُ شَيْءٌ فَلَا يَلُومَنَّ إِلَّا نَفْسَهُ “Barangsiapa yang tidur dan di tanganya ada ghomar yang tidak di basuh kemudian terjadi sesuatu yang tidak disukainya, maka janganlah mencela kecuali terhadap dirinya sendiri.” (HR. At-Tirmidzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu) Ghomar adalah kotoran dan bau tak sedap pada tangan saat setelah makan. 5. Berwudhu’ sebelum tidur Disunnahkan berwudhu’ bagi seorang muslim yang hendak tidur. Tata caranya sama seperti tata cara wudhu’ sebelum shalat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Al-Bara’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu: إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلَاةِ “Jika engkau hendak menuju ke tempat pembaringan, maka berwudhu’lah sebagaimana engkau berwudhu’ untuk shalat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Jika kita hendak tidur dalam keadaan junub dan belum berkesempatan untuk mandi janabah, maka cukup bagi kita dengan berwudhu’ sebelum tidur sebagaimana jawaban Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap pertanyaan Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu: “Bolehkah salah seorang di antara kami tidur ketika ia dalam keadaan junub?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Ya, jika salah seorang di antara kalian telah berwudhu’, maka ia boleh tidur walaupun sedang junub.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) 6.         Membersihkan (dengan cara mengibas/menebah) tempat tidur sambil membaca basmalah Di antara tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi seseorang yang hendak tidur adalah membersihkan (mengibas/menebah) tempat tidurnya (dengan menggunakan kain atau yang selainnya) sambil membaca basmalah. Hal ini berdasarkan hadits: إِذَا أَوَى أَحَدُكُمْ إِلَى فِرَاشِهِ فَلْيَأْخُذْ دَاخِلَةَ إِزَارِهِ فَلْيَنْفُضْ بِهَا فِرَاشَهُ وَلْيُسَمِّ اللهَ… “Jika salah seorang dari kalian hendak berbaring di tempat tidurnya hendaklah dia mengambil kainnya dan mengibas-ngibaskannya ke tempat tidurnya dengan membaca basmalah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Hurairahradhiyallahu ‘anhu) 7.         Menutup aurat ketika tidur Diantara perkara yang harus diperhatikan ketika hendak tidur adalah menutup aurat, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: لا يَسْتَلْقِيَنَّ أَحَدُكُمْ ثُمَّ يَضَعُ إِحْدَى رِجْلَيْهِ عَلَى الأخْرَى “Janganlah salah seorang di antara kalian tidur telentang kemudian meletakkan salah satu kakinya di atas kaki yang lain.” (HR. Muslim, dari sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma) Para ulama mengatakan, “Hadits tentang larangan mengangkat atau meletakkan salah satu kaki di atas kaki yang lainnya yang dimaksud adalah jika dalam keadaan terlihat auratnya atau sebagiannya.” Adapun jika tidak terbuka auratnya, maka tidak termasuk dalam larangan ini karena ada sebuah hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah tiidur telentang di masjid dengan meletakkan salah satu kakinya di atas kaki yang lain dalam keadaan tidak terlihat auratnya sedikitpun. 8. Larangan tidur bertelungkup Dari Thikhfah Al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: “RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjumpaiku dalam keadaan tidur tertelungkup di masjid, maka beliau menggerakkanku dengan kakinya seraya bersabda: “Mengapa engkau tidur seperti ini? Ini adalah posisi tidur yang dibenci atau dimurkai Allah.” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani) Diantara hikmah larangan tidur tertelungkup ialah karena posisi tidur seperti ini adalah posisi tidur penduduk neraka. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewatiku dan aku dalam keadaan tidur tertelungkup, maka beliau menggerakkanku dengan kakinya seraya bersabda: “Wahai Junaidib, sesungguhnya ini adalah posisi tidur penduduk neraka.” (HR. Ibnu Majah) 9. Tidur bertumpu pada anggota badan yang kanan. Diantara tuntunan yang berkaitan dengan adab tidur adalah bertumpu pada anggata badan yang kanan, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: « إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الْأَيْمَنِ ». “Jika kamu hendak menuju ke tempat tidur, maka berwudhu’lah sebagaimana engkau berwudhu’ untuk shalat, kemudian berbaringlah dengan bertumpu pada anggota badan yang kanan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) 10. meletakkan kedua tangan di bawah pipi Setelah kita berbaring bertumpu pada anggota badan yang kanan kita meletakkan kedua tangan kita di bawah pipi. Sebagaimana penuturan sahabat Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu: “Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika hendak tidur di malam hari meletakkan tangannya di bawah pipinya.” (HR. Al-Bukhari) Para pembaca rahimakumullah, edisi kali ini merupakan kelanjutan dari edisi sebelumnya tentang adab-adab ketika hendak tidur. Meskipun demikian, kami belum dapat menyebutkan secara keseluruhan adab-adab tersebut mengingat adanya keterbatasan tempat. Bagi pembaca yang ingin membahas dan mengkajinya secara lebih lengkap dapat merujuk pada buku doa-doa dan dzikir-dzikir yang bersumber dari Al-Qur´an dan Al-Hadits. Semoga pembahasan yang sedikit ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Selamat membaca. Memisahkan anak ketika tidur Di antara perkara-perkara yang penting untuk diperhatikan oleh para orang tua terkait dengan anak yang telah mendekati usia baligh adalah memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan, serta tidak membiarkan mereka tidur bersama di satu tempat. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: مُرُوا أَوْلادَكُمْ بِالصَّلاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ   أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُدَ. Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, pukullah mereka disebabkan meninggalkannya ketika telah berumur sepuluh tahun, dan pisahkan mereka (antara laki-laki dan perempuan) di tempat tidur mereka. (HR. Ahmad dan Abu Daud) Dzikir-dzikir dan Doa-doa sebelum tidur dan setelah bangun dari tidur Hendaknya seorang muslim selalu mengingat dan berdzikir kepada Allahsubhanahu wa ta’ala di setiap keadaan, termasuk ketika hendak tidur. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: « مَنْ اضْطَجَعَ مَضْجَعاً لا يَذْكُرُ اللَّهَ فِيهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنْ اللَّهِ تِرَةٌ » Barangsiapa berbaring di tempat pembaringan dalam keadaan tidak berdzikir kepada Allah, maka ia mendapat tirah (pengurangan dan penyesalan) dari Allah.(HR. Abu Daud, dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu) 1. Membaca Surat Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas sebanyak tiga kali Dari shahabiyah `Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau menuturkan: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ وَ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu apabila hendak beristirahat di tempat tidurnya pada setiap malamnya, beliau menghimpun kedua telapak tangannya, kemudian menyemburkan sedikit ludah pada keduanya seraya membacaقل هو الله أحد” (surat Al-Ikhlash),قل أعوذ برب الفلق” (surat Al-Falaq), dan قل أعوذ برب الناس” (surat An-Naas). Setelah itu mengusapkan kedua telapak tangannya tersebut semampunya ke seluruh tubuhnya, dimulai dari kepala, wajah, dan semua bagian depan tubuhnya. Perbuatan ini beliau lakukan sebanyak tiga kali. (HR. Al-Bukhari) 2. Membaca ayat kursi Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits yang panjang, kisah antara Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dengan seorang pencuri harta zakat yang dijaga oleh beliau. Sang pencuri berkata kepada beliau radhiyallahu ‘anhu: إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ “آيَةَ الْكُرْسِيِّ” لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللهِ حَافِظٌ وَلا يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ. Jika engkau hendak tidur di pembaringanmu, maka bacalah ayat kursi, niscaya engkau akan selalu mendapatkan penjagaan dari Allah, dan setan tidak akan mendekatimu sampai pagi. Ketika kejadian ini disampaikan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda: صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ، ذَاكَ شَيْطَانٌ Kali ini dia berkata benar kepadamu padahal ia pendusta, dia adalah setan.(HR. Al-Bukhari dan Muslim) 3. Bertasbih 33 kali bertahmid 33 kali bertakbir 34 kali Di antara tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamketika hendak tidur adalah bertasbih 33 kali, bertahmid 33 kali, dan bertakbir 34 kali. Sebagaimana dalam hadits: أَنَّ فَاطِمَةَ عَلَيْهَا السَّلاَم أَتَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْأَلُهُ خَادِمًا, فَقَالَ أَلاَ أُخْبِرُكِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكِ مِنْهُ, تُسَبِّحِينَ اللَّهَ عِنْدَ مَنَامِكِ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ وَتَحْمَدِينَ اللَّهَ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ وَتُكَبِّرِينَ اللَّهَ أَرْبَعًا وَثَلاَثِينَ Bahwa Fatimah radhiyallahu ‘anha mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammeminta kepada beliau seorang pembantu rumah tangga, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah engkau aku tunjuki sesuatu yang lebih baik bagimu daripada pembantu rumah tangga tersebut? (Yaitu) engkau bertasbih(mengucapkan Subhanallahsebelum tidur 33 kali, bertahmid (mengucapkanAlhamdulillah33 kali, dan bertakbir (mengucapkan Allahu Akbar34 kali. (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dari shahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu) 4. Membaca doa sebelum tidur Diantaranya: a)    Diriwayatkan dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, “Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika hendak tidur membaca: بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا Dengan nama-Mu, ya Allah, aku mati dan hidup. (HR. Al-Bukhari) b)    Shahabat Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu pernah meminta Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam agar menyuruhnya berdzikir atau berdoa di pagi dan petang hari, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai Abu Bakar, ucapkanlah: اللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ رَبَّ كُلِّ شَىْءٍ وَمَلِيكَهُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِى وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشَرَكِهِ وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِى سُوءًا أَوْ أَجُرَّهُ إِلَى مُسْلِمٍ Wahai Allah, Dzat Yang Maha Menciptakan langit-langit dan bumi. Yang Maha Mengetahui perkara yang ghaib dan perkara yang nyata. Tidak ada sesembahan yang haq (untuk diibadahi) kecuali Engkau. Rabb segala sesuatu dan Penguasanya (Pemiliknya). Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan jiwaku, dan dari kejahatan setan serta seruannya kepada kesyirikan. Dan (aku berlindung) agar jangan sampai aku menjerumuskan diriku kepada kejelekan atau aku menimpakannya kepada seorang muslim. Rasulullah melanjutkan, “Ucapkanlah dzikir/doa tersebut di pagi hari, petang hari, dan ketika engkau hendak tidur.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu) c)     Diriwayatkan dari shahabat Al-Bara´ bin `Azib radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajari seseorang untuk mengucapkan doa berikut bila ia hendak tidur: اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ وَوَجَّهْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ لاَ مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا مِنْكَ إِلاَّ إِلَيْكَ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ Ya Allah, kuserahkan diriku kepada-Mu, kulimpahkan urusanku kepada-Mu, kuhadapkan wajahku kepada-Mu, dan kusandarkan punggungku kepada-Mu, dalam keadaan penuh harap dan cemas hanya kepada-Mu. Tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari-Mu kecuali hanya kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab-Mu yang Engkau turunkan dan (beriman kepada) nabi-Mu yang Engkau utus. (HR. Al-Bukhari dan Muslim) d)    Diriwayatkan pula dari shahabat Anas radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, “Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika hendak beristirahat di tempat tidurnya beliau mengucapkan الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنَا وَسَقَانَا وَكَفَانَا وَآوَانَا فَكَمْ مِمَّنْ لا كَافِيَ لَهُ وَلا مُؤْوِيَ Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan, minum, mencukupi dan melindungi kami. Berapa banyak orang yang tidak mendapatkan kecukupan dan perlindungan. (HR. Muslim) 5. Membaca doa ketika bangun dari tidur « الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ ». Segala puji hanya bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan (menidurkan, red) kami, dan hanya kepada-Nya (kami) berkumpul. (HR. Al-Bukhari dari shahabat Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu ‘anhuma danMuslim dari shahabat Al-Bara´ bin `Azib radhiyallahu ‘anhu) Menceritakan mimpi yang baik dan berlindung dari mimpi yang buruk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ رُؤْيَا يُحِبُّهَا فَإِنَّمَا هِيَ مِنَ اللَّهِ، فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ عَلَيْهَا وَلْيُحَدِّثْ بِهَا، وَإِذَا رَأَى غَيْرَ ذَلِكَ مِمَّا يَكْرَهُ، فَإِنَّمَا هِيَ مِنَ الشَّيْطَانِ، فَلْيَسْتَعِذْ مِنْ شَرِّهَا وَلاَ يَذْكُرْهَا ِلأَحَدٍ، فَإِنَّهَا لاَ تَضُرُّهُ. Jika salah seorang di antara kalian bermimpi dengan mimpi yang disukainya, sesungguhnya itu dari Allah, maka hendaklah ia memuji Allah karenanya dan menceritakannya. Namun jika bermimpi dengan selainnya dari mimpi yang dibencinya, sesungguhnya itu dari setan, maka hendaklah ia berlindung kepada Allah dari kejelekannya dan tidak menceritakannya kepada seorangpun. (Bila itu dilakukan), maka sesungguhnya tidak akan mencelakakannya. (HR. Al-Bukhari, dari shahabat Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu) Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: إِذَا رَأَى أَحَدُكُمُ الرُّؤْيَا يَكْرَهُهَا، فَلْيَبْصُقْ عَنْ يَسَارِهِ ثَلاَثًا، وَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ ثَلاَثًا، وَلْيَتَحَوَّلْ عَنْ جَنْبِهِ الَّذِي كَانَ عَلَيْهِ. Jika salah seorang di antara kalian bermimpi yang ia benci (bermimpi buruk), hendaknya ia meludah ke kiri tiga kali dan mengubah posisi tidurnya dari yang semula. (HR. Muslim, dari shahabat Jabir radhiyallahu ‘anhu) Dari hadits di atas ada beberapa kesimpulan, diantaranya:
  1. Mimpi itu ada yang baik dan ada yang buruk.
  2. Mimpi yang baik dari Allah subhanahu wa ta’ala dan mimpi yang buruk dari setan.
  3. Barangsiapa bermimpi dengan mimpi yang baik, hendaknya memuji Allahsubhanahu wa ta’ala karena itu dari-Nya, kemudian menceritakannya kepada orang lain.
  4. Barangsiapa bermimpi buruk, hendaknya meludah ke kiri tiga kali, kemudian berlindung kepada Allah ‘azza wa jalla dari setan, kemudian mengubah posisi tidurnya dari yang semula. Jika dia bangun kemudian shalat, maka itu lebih utama (afdhal), berdasarkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
” … فَإِنْ رَأَى أَحَدُكُمْ مَا يَكْرَهُ فَلْيَقُمْ فَلْيُصَلِّ وَلاَ يُحَدِّثْ بِهَا النَّاسَ …” Jika salah seorang di antara kalian bermimpi buruk, hendaknya dia bangun, mengerjakan shalat dan tidak menceritakannya kepada orang lain. Wallahu a’lam bishshawab. sumber : http://www.assalafy.org/mahad/?p=581 http://www.assalafy.org/mahad/?p=582

Tidak ada komentar:

Posting Komentar